Tetiba rasa nak ulas pasal topik simpati dek kerna bermain di kepala ni sejak kelmarin lagi so tergerak nak tulis apa yang dirasakan betul,kalau salah tolong betulkan..Saya budak baru belajar.
Berkennan topik simpati nak saya ceritakan satu kisah yang diambil
dari http://kerissena.wordpress.com/2010/04/30/mengasah-empati-berbagi-simpati/ ..
Kisahnya berbunyi begini :
Suatu ketika para sahabat yang sedang berada di masjid Nabawi
terusik kesyahduan dzikir mereka dan spontanitas bereaksi emosional tatkala
seorang laki-laki Arabbadui tiba-tiba berulah kencing di dalam masjid yang saat
itu lantainya masih berupa tanah. Demi melihat situasi panas tersebut
Rasulullah saw dengan penuh simpati dan kelembutan menyikapi dan meluruskan
peristiwa tesa dan antitesasikap reaksi berang sahabat dan aksi bodoh Arab
badui tersebut. Beliau memerintahkan para sahabat untuk bersabar dan membiarkan
Arab badui menyelesaikan hajatnya serta meminta mereka menyiram bekas
kencingnya agar merembes ke tanah dan hilang najisnya. Setelah
situasi reda dan dapat diatasi,Rasulullah segera memanggil mereka semua. Beliau
memberikan bimbingan kepada para sahabat tentang sikap empatik yang akan
membawa hikmah yaitu dengan memaklumi ketidaktahuan Arab badui tersebut,
menyadari reaksi kesabaran akan dapat menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan
masalah baru.
Para sahabat
akhirnya mengerti bahwa sikap empati yang membuahkan solusi masalah dengan
menyiram dan membersihkan kencing sebagai pelajaran bagi si badui bahwa
perbuatannya tidak benar yang telah mengotori tempat yang seharusnya dijaga
kesuciannya. Selain itu, mereka menyadari bahwa bersabar menanti selesainya
kencing si badui akan menghindari tiga mudharat yakni gusarnya si badui
yangmerasa terusik hajatnya, menyakiti saluran kencing si badui yang
terganggukelancarannya, dan meluasnya area najis akibat kepanikan si badui
dalammenuntaskan hajatnya. Kepada si badui Nabi saw memberikan pemahaman
secarahalus bahwa perbuatannya tidak benar karena telah kencing di masjid dan
itutidak pada tempatnya sebab masjid dibangun sebagai tempat suci untuk
dzikrullahdan shalat. Jelang mendapat penjelasan empatik Nabi, si badui sangat
terpesonapadanya dan sebaliknya masih kecewa dengan sikap berang sahabat seraya
berdoa“Ya Allah masukkanlah aku dan Muhammad ke dalam surga dan janganlah
Engkaumasukkan ke dalamnya seorang pun selain kami.” Lagi-lagi demi mendengar
doayang tidak arif itupun nabi menyikapinya dengan penuh empati demi
melihatkenaifannya tanpa membodoh-bodohkannya seraya meluruskan doanya: “Wahai
kamu,ketahuilah bahwa surga itu sangat luas dan jika kita berdua saja yang
masukniscaya akan sangat kesepian”.
Padasaat
yang lain, kita saksikan sejarah Nabi yang telah membuktikan samudera
jiwaempati tatkala seorang laki-laki dengan langkah tergesa-gesa
menghadapnya.Nafasnya masih tersengal, turun-naik, sementara jantungnya
berdetak cepat.Rasulullah menyambutnya dengan penuh santun. “Celaka bagi kami,
wahaiRasulullah,” begitu ia mengawali pembicaraannya. “Aku telah melakukan
hubungansuami-istri di siang Ramadhan.” Nampaknya lelaki ini sadar bahwa
perbuatannyatelah melanggar syariah, yang karenanya ia harus menerima sanksi
Rasulullahkemudian memberi petunjuk agar lelaki itu memerdekakan seorang budak.
Lelakitersebut menggelengkan kepala tanda tidak sanggup melaksanakannya.
MakaRasulullah
memberikan alternatif kedua, yaitu puasa selama dua bulan berturut-turut.
Lagi-lagi lelaki tersebut menggeleng. Ia merasa tidak mampu untukmelakukannya. Dalam hatinya ia berkata, ‘Jangankan dua bulan, sedang yang
satubulan saja sudah dilanggar.’ Rasulullah menawarkan solusi ketiga, yaitu
memberimakan 60 orang fakir miskin. Untuk yang ketiga kalinya ia mengatakan
tidaksanggup. Ia katakan bahwa untuk kebutuhan makan sehari-hari saja sudah
seringmendapati kesulitan. Apalagi harus memberi makan kepada orang lain.
Denganpenuh kasih sayang Rasulullah kemudian memanggil istrinya
agar mengambil bahanmakanan yang masih tersisa di rumahnya hingga cukup untuk
menebus kewajibanlelaki tersebut. Sambil memberikannya, Rasulullah berpesan
agar bahan makananitu dibagikannya kepada fakir miskin di kampungnya. Dengan
sedikit menahanmalu, lelaki tersebut berkata polos, “Di kampung kami, orang
yang paling miskinadalah saya sendiri.”Kepolosan lelaki itu ternyata membawa
berkah tersendiri.Rasulullah menyampaikan agar bahan makanan itu diterima dan
dimanfaatkansepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan anak istrinya. Ia pulang dengan
perasaansuka cita. Selain mendapatkan bahan makanan, puasanya juga sudah
tertebus. Duakeuntungan sekaligus diperoleh, keuntungan materi sekaligus
keuntungan ukhrawi.
Ok dari kisah tersebut "walaupun bahasa agak
tinggi,hehe" dapat diambil pengajaran simpati nabi kepada pemuda Arab
Badwi itu.
Namun persolan sekarang adakah kita mempunyai sifat sunnah
Rasullullah iaitu simpati itu sendiri tertanam dalam hati dan diamalkan dengan
anggota badan kita dengan subur?Aku sendiri tidak dapat nafikan simapati aku
pada orang kurang mungkin dek sebab atas alasan tertentu namun pelbagai
alternatif lain boleh kita amalkan supaya kita dapat mencontohi sifat terpuji
itu.
Sebagai contoh nak aku letak kat sini,aku ambil daripada situasi
aku sendiri iaitu sebagai seorang pelajar mahasiswa,tinggal di rumah sewa
bersama rakan-rakan yang lain,hidup bagaikan adik-beradik serumah
sebumbung,namun simpati pada rakan housemate kita masih kurang.Contohnya dalam
sola makanan.Kita membeli sebungkus nasi atau sebotol air pepsi,adakan kita
simpati pada rakan housemate kita yang xdapat merasai apa yang kita rasa?Ada
tawarkan pada rakan housemate kita?
Islam dah mengajar kita cara akhlak yang betol iaitu digandingkan
dengan akidah yang berpegang erat dan tidak dapat dipisahkan.marilah kita sama2
mananam sifat simpati kepada seisiapa pun,kepada rakan housemate,orang yang
kesusahan,anak-anak yatim,rakan2,family,mak ayah,saudara semasa seislam
sendiri.Kalau jumpa orang minta sedekah tu janganlah dekut sangat nak keluarkan
singgit ke,atau kemampuan larr..Lama-kelamaan simpati akan tertanam dalam diri
dan akan dibalas dengan ganjaran lebih besar di Akhirat sana..
Tepuk dada tanya Iman..
Wallualam..